SOLOPOS.COM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara, Jawa Tengah (Jateng), melakukan inventarisasi obyek yang diduga Cagar budaya (ODCB) dan juga Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di wilayah Desa Nyamuk, Kecamatan Karimunjawa. (Dok Pemkab Jepara).

Solopos.com, JEPARA — Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), terdiri dari berbagai pulau yang berpenghuni, salah satunya adalah Pulau Nyamuk. Berikut asale atau asal usul Pulau Nyamuk di Karimunjawa, Jepara, tersebut.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara saat ini tengah melakukan inventarisasi objek wisata yang diduga cagar budaya dan objek pemajuan kebudayan di wilayah Desa Nyamuk, Kecamatan Karimunjawa. Salah satu objek yang masuk daftar inventarisasi adalah Makam Sumur Wali yang juga dikenal oleh warga setempat sebagai makam seorang wali bernama Syekh Abdullah.

Promosi BRI Buka 3 Program Rekrutmen Pekerja, Cek Kualifikasinya

Informasi yang diterima Solopos.com dari warga sekitar, Syekh Abdullah diyakini sebagai seorang tokoh penyebar agama Islam yang meninggal dan dimakamkan di Pulau Nyamuk. Di dekat makam tersebut terdapat juga makam-makam lain yang diyakini tempat peristirahatan para pengikut Syekh Abdullah.

Tk hanya itu, di dekat makam tersebut juga terdapat sumur yang dianggap keramat oleh warga sekitar. Bahkan, saking sakralnya sumur dan makam itu kerap didatangi warga, terutama setiap tanggal 10 Sura, yang diyakini sebagai haul Syekh Abdullah.

“Banyak yang datang ke sini memiliki nazar, ketika terkabul mereka menggelar syukuran atau selametan pada hari Senin atau Kamis,” ujar petinggi Desa Nyamuk, Muazis, kepada Solopos.com, Sabtu (15/6/2024).

Cungkup

Tak hanya makan dan sumur wali, masih di lokasi yang sama juga terdapat sebuah benda atau cungkup atau gundukan bangunan yang ditutup dengan kain putih. Saat disibak, cungkup yang menyerupai stupa itu, sebagian sudah pecah, dan oleh masyarakat dipasang kembali di atas batu karang dan ditambal dengan semen.

“Sejak saya belum lahir itu [cungkup] sudah ada dan dirawat oleh masyarakat. Namun sayang tidak ada yang tahu asal usul cungkup ini,” ujarnya.

Sedangkan mengenai asal usul Pulau Nyamuk, Muazis, mengaku ada beberapa versi. Salah satunya terkait penamaan Pulau Nyamuk yang merupakan singkatan dari Nyantri Mukti, atau yang berarti santri yang berbakti kepada gurunya.

Meski demikian, ada versi lain yang menyebut Pulau Nyamuk dulunya merupakan sebuah gugusan pulau yang dari kejauhan terlihat kecil bak seekor nyamuk. Namun, ada pula pendapat bahwa penamaan Nyamuk ini karena dulunya tempat ini sebuah rawa yang banyak ditempati nyamuk.

Selain obyek yang diduga cagar budaya, Desa Nyamuk ini juga mempunyai berbagai tradisi yang perlu dilestarikan. Antara lain tradisi lombanan, barikan, haul Mbah Sumur Wali, hingga sedekah bumi. Salah satu wujud kegotong-royongan warga masih sangat kental dan terlihat ketika tradisi menurunkan kapal ke laut.

Subkord Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara, Lia Supardianik, mengatakan inventarisasi objek wisata diduga cagar budaya selaras dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kegiatan inventarisasi itu sekaligus membuktikan pemerintah memiliki perhatian khusus terhadap upaya-upaya peningkatan kebudayaan di Indonesia, termasuk di Karimunjawa.

“Ini dalam rangka memperkuat basis data kebudayaan,” jelas Supardianik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya